Friday, September 23, 2005

Pemusnah Agama

Rasulullah SAW bersabda, ''Pemusnah agama itu ada tiga. Rasa bangga terhadap diri sendiri (ujub), sifat bakhil (kikir) yang dituruti, dan hawa nafsu yang diikuti.'' (HR Al-Askari dari Ibu Abbas secara marfu'). Ketiga hal yang disinggung Rasulullah SAW dalam hadis ini, bisa jadi sudah bersemayam dalam diri kita, dan kita kemudian termasuk sebagai golongan pemusnah agama. Islam tetap ada, tetapi karakteristik Islam telah musnah di kalangan umatnya karena ulah para pemusnah agama ini.

Sifat ujub yang menjadi unsur pertama pemusnah agama timbul karena seseorang merasa segala nikmat yang diberikan Allah SWT itu hadir atas usaha sendiri. Orang yang sudah memiliki sifat seperti ini akan merasa bangga dengan dirinya, melebihi rasa bangganya terhadap kebesaran Allah. Pada tahap selanjutnya, sifat ujub ini bisa berkembang menjadi riya, dimana seluruh kebaikan yang dilakukannya selalu ingin dibanggakan kepada orang lain. Rasulullah SAW menggolongkan sifat riya ini sebagai bentuk perbuatan syirik kecil. Dari sifat riya akan muncul pula sikap takabur, sebagai sikap yang dirintis Iblis. Jika sifat ini sudah ada pada diri seseorang maka musnahlah kehidupan beragamanya.

Allah SWT juga berfirman, ''Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dan karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu kelak akan dikalungkan pada lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allahlah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.'' (QS Ali Imran [3]:180).

Sedangkan unsur yang ketiga adalah hawa nafsu yang diikuti. Secara alamiah, nafsu senantiasa menyuruh manusia untuk melakukan perbuatan keji dan jahat. Firman-Nya, ''Sesungguhnya nafsu itu menyuruh kepada kejahatan.'' (QS Yusuf [12]: 53). Ibnu 'Athaullah berkata dalam Kitab Alhikam, ''Di antara tanda-tanda menuruti hawa nafsu adalah sikap terburu-buru mengejar harta dan bermalas-malasan mendirikan perintah Allah yang wajib. Hendaklah manusia melazimkan dirinya dengan sifat tawadhu, rendah hati, ikhlas, dan sabar dalam setiap musibah serta bala yang menimpa.''

Untuk menghindari ketiga hal tersebut, setiap Muslim wajib mencermati kembali perbuatan anggota badannya setiap saat, baik itu lidahnya, telinganya, matanya, tangannya, kakinya, perutnya, kemaluannya, bahkan hatinya. Mungkin rintihan sahabat nabi Abu Bakar r.a. bisa kita ikuti sehingga beliau terjaga dari sifat-sifat pemusnah agama. Beliau senantiasa berdoa’: “Ya Allah jadikanlah jiwaku lebih baik dari yang orang ketahui. Dan apabila yang mereka ketahui lebih baik dari keadaanku yang sebenarnya, ampunilah aku.

---------------------------------
(Diambil dari Hikmah Republika)